
MOBILISASI MISI
HELICOPTER VIEW
Mobilisasi misi merupakan elemen fundamental dalam penginjilan dunia dan transformasi komunitas. Dengan melibatkan seluruh gereja, misi tidak hanya terbatas pada penginjilan individu, tetapi juga membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Tulisan ini mengkaji peran mobilisasi misi, teologi yang mendasarinya, serta implikasi praktis dalam membawa transformasi dunia.
Dalam Amanat Agung (Matius 28:19-20), Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. Namun, untuk mencapai tujuan ini, keterlibatan seluruh tubuh Kristus sangat diperlukan. Mobilisasi misi bukan sekadar mengutus misionaris, tetapi juga melibatkan gereja dalam membangun komunitas yang diberkati oleh nilai-nilai Injil. Salah satu aspek terpenting dari mobilisasi misi adalah doa, yang berperan sebagai roda penggerak bagi penyebaran Injil dan transformasi global.
Tinjauan Teologis dan Pandangan Para Ahli
1. Peran Doa dalam Mobilisasi Misi
Rob Francis menyatakan bahwa "Doa adalah roda penggerak misi. Tanpa doa, tidak ada yang terjadi sama sekali." Dalam Lukas 10:2, Yesus berkata, "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu, mintalah kepada Tuhan yang empunya tuaian supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Hal ini menunjukkan bahwa misi harus diawali dengan doa yang memohon keterlibatan Allah dalam pergerakan penginjilan dunia.
Count Zinzendorf dan komunitas Moravia menunjukkan bagaimana doa dapat menghasilkan dampak besar dalam mobilisasi misi. Dengan doa tanpa henti selama 100 tahun, mereka berhasil mengutus lebih dari 2.000 misionaris ke berbagai bangsa. David Bosch, dalam bukunya Transforming Mission, menegaskan bahwa "doa bukan hanya alat bagi misi, tetapi bagian dari misi itu sendiri."
2. Mobilisasi Misi dan Transformasi Komunitas
Bevin Ginder dari GlobalCAST Resources menekankan bahwa "untuk mentransformasi seluruh komunitas dan bangsa, seluruh gereja perlu dilibatkan." Jika hanya individu yang bermisi, hasilnya terbatas. Namun, ketika seluruh gereja terlibat, perubahan sosial dan budaya dapat terjadi. Transformasi komunitas tidak hanya mencakup aspek rohani, tetapi juga ekonomi, pendidikan, dan teknologi.
Dalam perspektif missiologi, Ralph Winter dalam konsep "Three Eras of Mission" menunjukkan bahwa mobilisasi misi yang sukses memerlukan keterlibatan seluruh gereja untuk menjangkau "Unreached People Groups" (UPG). Dengan demikian, mobilisasi bukan hanya soal penginjilan personal, tetapi perubahan struktural dalam kehidupan sosial.
3. Tujuan Akhir dari Mobilisasi Misi
Tujuan utama mobilisasi misi bukan hanya penambahan jumlah gereja, tetapi transformasi seluruh masyarakat. Christopher Wright dalam The Mission of God menjelaskan bahwa "misi bukan hanya tentang keselamatan individu, tetapi juga tentang pemulihan dunia melalui kehadiran Allah di tengah umat-Nya." Oleh karena itu, gereja dipanggil untuk membawa nilai-nilai kerajaan Allah ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Kesimpulan
Doa sebagai Fondasi Misi: Mobilisasi misi yang berhasil harus diawali dengan doa, sebagaimana yang ditunjukkan oleh komunitas Moravia dan berbagai contoh dalam sejarah misi.
Keterlibatan Seluruh Gereja: Untuk mencapai transformasi komunitas, bukan hanya individu atau kelompok kecil yang perlu bergerak, tetapi seluruh gereja harus berpartisipasi dalam misi.
Transformasi Holistik: Mobilisasi misi tidak hanya tentang penginjilan, tetapi juga tentang membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk pendidikan, ekonomi, dan budaya.