Yesus mati Menebus hanya untuk orang-orang pilihan ataukah untuk semua orang Bagian Terakhir

Bagaimana dengan mereka yang meninggal tetapi belum berkesempatan mendengar Injil.
Sekarang kita mulai membahas mengenai nasib kekal orang-orang yang tidak pernah mendengar dan menerima Injil, karena dua alasan:
1. Orang-orang yang memang tidak bisa dan tidak mungkin mendengar Injil (percaya kepada Yesus) karena mereka hidup sebelum Tuhan Yesus berinkarnasi, baik bangsa Yahudi dan non Yahudi (bangsa-bangsa lainnya).
2. Orang-orang yang hidup setelah Tuhan Yesus berinkarnasi, dan tidak ada tekhnologi atau “orang-orang” yang memberitakan Injil kepada mereka, sehingga dari lahir sampai meninggal tidak pernah mendengar tentang Injil Kristus.
Kekristenan harus menyikapi hal ini, bagaimana dengan nasib kekal mereka atau bagaimana menurut Alkitab mereka dapat menemukan “keselamatan” yang sudah dijanjikan dan ditetapkan Allah didalam Anak TunggalNya sebelum dunia dijadikan.
Sebelum kita menjawab hal tersebut, kita akan melihat dahulu bagaimana Alkitab/Allah memposisikan bangsa-bangsa lain dalam karya keselamatan yang akan dikerjakanNya didalam Kristus?
DIBENARKAN KARENA IMAN ADALAH PRINSIP UMUM KESELAMATAN
Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa prinsip dasar keselamatan semua orang adalah bukan pada perbuatannya tetapi pada imannya. Imanlah yang mendahului (menjadi dasar), sehingga “perbuatan” seseorang dapat “dibenarkan” atau diperhitungkan sebagai benar. Perbuatan apakah itu, yaitu PERCAYA KEPADA ALLAH.
Pengertian diperhitungkan adalah “dianggap” (reckonted. accounted, imputated), jadi bukan perbuatan seseorang bernilai atau berkualitas sampai sedemikian rupa sehingga menjadi benar, tetapi “seberapapun” perbuatannya yang dikerjakan didalam imannya karena Percaya kepada Allah, maka akan diperhitungkan atau “dianggap” benar.
Jadi kebenaran semacam ini adalah kebenaran yang di-imputasi (ditambahkan/dikenakan) oleh Allah kepada seseorang karena percayanya bukan karena perbuatannya.
Prinsip Kebenaran yang diimputasi (diperhitungkan) semacam ini adalah prinsip umum yang Allah gunakan dalam menentukan keselamatan. Baik untuk bangsa Yahudi (yang memiliki Hukum taurat) maupun bangsa-bangsa lain (yang tidak memiliki hukum Taurat namun hati nuraninya telah berfungsi sebagai hukum Taurat bagi semua orang. Roma 2: 14-15 berbunyi “Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.
Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.”)
Ini menjadi dasar secara umum yang berlaku bagi semua bangsa, bagaimana setiap orang itu dapat dibenarkan dihadapan Allah, baik bangsa Yahudi maupun non Yahudi.
Roma 3: 27-30
Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!
Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.
Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain!
Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.
Rasul Paulus dengan tegas mendudukan bangsa-bangsa lain sama seperti bangsa Yahudi dalam mencapai keselamatan yang akan dimilikinya, yaitu keselamatan berdasarkan kebenaran karena iman, dimana kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran yang diperhitungkan oleh Allah sendiri bukan karena perbuatan-perbuatan mereka tetapi karena berdasarkan iman. Hal ini berlaku bagi semua orang dari semua bangsa, yaitu ALLAH MEMPERHITUNGKAN ORANG-ORANG YANG PERCAYA KEPADANYA.
ABRAHAM DAN DAUD ADALAH CONTOH SEMPURNA ORANG YANG DIBENARKAN KARENA IMAN, DIMANA PERCAYANYA DIPERHITUNGKAN OLEH ALLAH SEBAGAI KEBENARAN.
Roma Pasal 4: 1-22
Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita?
Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.
Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."
Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.
Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.
Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya:
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."
Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran.
Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya.
Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka, dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat.
Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman.
Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.
Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.
Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, --seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" --di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.
Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Abraham dan Daud adalah contoh yang dicatat Alkitab bahwa “percaya” kepada Allah akan membawa pembenaran (dibenarkan), karena percayanya itu diperhitungkan sebagai kebenaran.
Abraham dan Daud (menyebut berbahagia orang yang dosanya tidak diperhitungkan Tuhan, artinya orang tersebut diampuni dan dianggap benar) adalah termasuk orang orang yang tidak bisa dan tidak mungkin percaya kepada Yesus Kristus, tetapi dipastikan mereka selamat karena Allah TELAH MEMPERHITUNGKAN PERCAYANYA SEBAGAI KEBENARAN.
Mengapa Allah rela memperhitungkan percaya seseorang kepadaNya sebagai suatu kebenaran dan bukan karena perbuatan-perbuatannya? Mengapa perbuatan manusia tidak bernilai menyelamatkan kecuali hanya percaya kepadaNya saja? Tentunya seperti yang sudah saya uraikan pada pembahasan sebelumnya, bahwa Allah rela memperhitungkan kita karena sejak semula Ia sudah menetapkannya didalam Kristus Yesus Anak TunggalNya (Efesus 1:3-12).
ALLAH MEMPERHITUNGKAN KITA YANG PERCAYA KEPADA KRISTUS YESUS.
Patut kita pahami bahwa ternyata kepada kitapun, orang-orang percaya kepada Yesus Kristus (bukan hanya Abraham dan daud) Allah memperhitungkannya sebagai “pembenaran” kita.
Jadi pembenaran yang kita milikipun adalah karena percaya kepada Yesus Kristus dan bukan karena perbuatan-perbuatan kita.
Roma 4:22-25
Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.
Dengan demikian jelaslah bahwa PERCAYA adalah kunci atau jalan masuk untuk kita dan semua orang dapat dibenarkan atau diselamatkan oleh Allah.
Bagi kita orang-orang yang mendengar dan menerima Injil, maka PERCAYA kita kepada Yesus Kristus adalah dasar pembenarannya, dan bagi mereka yang tidak pernah mendengarkan dan menerima Injil (karena tidak bisa dan tidak mungkin), maka PERCAYA mereka kepada ALLAH akan diperhitungkanNya sebagai suatu kebenaran, walau mereka tidak memiliki hukum Taurat tetapi karena memiliki hati Nurani.
PENGHAKIMAN TERAKHIR SEMUA MANUSIA
Alkitab mengajarkan bahwa ada suatu saat dimana semua manusia (yang pertama sampai manusia terakhir) akan dihakimi oleh Allah untuk memperhitungkan dan menentukan nasib kekal semua manusia. Tidak ada yang dikecualikan, bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain, orang-orang percaya kepada Kristus dan juga bukan, semua manusia akan menerima penghakimannya. Mari kita melihat scenario yang Allah akan lakukan dalam penghakiman tersebut.
Wahyu Pasal 20:11-15
Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.
Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.
Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.
Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.
Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.
Teks tersebut menegaskan bahwa penghakiman terakhir akan diterima oleh semua manusia, dimana pada saat tersebut langit dan bumi sudah tidak ada pada tempatnya, SEMUA ORANG SUDAH PADA MATI.
Ada DIA yang duduk di suatu Tahta Putih, dan SEMUA MANUSIA berdiri didepan Tahta Putih tersebut, dihadapan DIA yang duduk diatasnya.
Dihadapan DIA yang duduk di Tahta Putih tersebut diukalah SEMUA KITAB (the books = kitab-kitab) dan juga ada satu kitab yang dibuka yaitu KITAB KEHIDUPAN (the book of life).
1. Kitab-kitab (the books) tersebut ternyata berisi sesuatu yang tertulis didalamnya dan digunakan apa yang tertulis tersebut untuk menghakimi SEMUA ORANG. Jadi setiap orang memiliki satu kitab yang tertulis untuk menghakimi perbuatan orang itu sendiri. Jadi semua orang akan dihakimi perbuatannya berdasarkan apa yang tertulis dalam kitabnya saat itu.
2. Kitab Kehidupan (the book of life) yaitu suatu KITAB YANG DITULIS OLEH ALLAH sendiri, juga tertulis, yaitu daftar nama-nama semua orang yang TELAH DIPERHITUNGKAN OLEH ALLAH untuk masuk dan dicatat Namanya dalam KITAB tersebut.
Kitab Kehidupan berisi nama nama orang yang diperhitungkan Allah dan ditulis olehNya sendiri (Keluaran 32:32 “….hapuskanlah namaku dari dalam kitab yang TELAH KAU TULIS.”).
Musa pernah berdoa dan meminta Allah agar menghapus Namanya dari Kitab Kehidupan yang Ia tulis, artinya Musa yakin dan tahu persis Namanya ada dalam Kitab itu, walau dia tidak percaya kepada Kritus, tetapi ia tahu Allah telah memperhitungkannya.
Raja Daud juga pernah menulis “biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat Bersama-sama dengan orang-orang yang benar.” (Mazmur 69:28).
Jadi ternyata sebelum Tuhan Yesus berinkarnasi, Allah telah menulis nama-nama dalam Kitab Kehidupan. Ada Kitab Kehidupan untuk mencatat nama nama orang-benar.
BAGAIMANA ALLAH MENULIS NAMA-NAMA DALAM KITAB KEHIDUPAN.
Hanya ada 3 teks dalam Kitab Wahyu yang dapat kita pahami, bahwa Allah ternyata menulis nama-nama orang-orang benar tidak sekaligus, artinya nama-nama yang tertulis dalam Kitab Kehidupan tersebut ditulis oleh Allah sendiri bukan saat seseorang belum lahir, apalagi ditulis namanya sebelum dunia dijadikan.
Nama setiap orang ditulis oleh Allah dalam KitabNya adalah saat Allah telah memperhitungkan orang itu, atau saat orang tersebut Percaya kepadaNya.
Oleh sebab itu, bagi mereka yang Namanya TIDAK DITULIS oleh Allah, mereka memang sejak dunia dijadikan tidak pernah ditulis oleh Allah sampai pada saat penghakiman terjadi, Namanya tidak pernah ditulisNya. Mengapa Allah tidak menulis nama orang-orang tersebut dalam KitabNya? Iya tentu karena Allah tidak memperhitungkan mereka.
Mengapa Allah memperhitungkan semua orang yang ditulis Namanya? Karena mereka percaya kepadaNya dan juga kita yang percaya kepada Yesus Kristus: kita semua diperhitungkanNya karena percaya kita kepadaNya.
Mengapa Allah tidak meperhitungkan semua orang yang TIDAK DITULIS NAMANYA dalam Kitab Kehidupan? Karena mereka memang tetap tidak percaya kepada Allah dan kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga mereka tetap berada dibawah hukuman. (Yohanes 3:17, 36).
Wahyu 13:8
Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.
Wahyu 17:8
Adapun binatang yang telah kaulihat itu, telah ada, namun tidak ada, ia akan muncul dari jurang maut, dan ia menuju kepada kebinasaan. Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran, apabila mereka melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan muncul lagi.
Menarik untuk kita perhatikan, Rasul Paulus pernah meminta kepada Sunsugos agar menolong teman-temanya Paulus, yaitu Euodia, Sintikhe, Klemens dan kawan-kawan sekerja Paulus yang lainnya karena mereka semua adalah orang-orang yang Namanya tertulis dalam kitab kehidupan.
Paulus tahu dari mana, padahal belum terjadi penghakiman terakhir?? Karena teman teman Paulus tersebut adalah orang-orang yang percaya kepada Kristus Yesus, itulah yang menjadi dasar keyakinannya bahwa nama nama mereka sudah ditulis Allah.
Dengan demikian kita hanya memiliki pengetahuan yang pasti siapa-siapa yang Allah tulis Namanya dalam Kitab Kehidupan, yaitu mereka yang percaya kepadaNya.
Filipi 4:2-3
Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.
Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.
Bagaimana dengan mereka yang tidak ditulis namanya dalam Kitab Kehidupan sejak dunia dijadikan? Tentunya Allah tidak atau belum menulisnya, karena mereka belum diperhitungkanNya.
Itulah sebabnya Injil harus diberitakan kepada semua bangsa, agar nama-nama mereka yang Percaya segera ditulis oleh Allah dalam KitabNya. (Matius 28:19).
Injil Kristus akan menjadi keselamatan bagi semua bangsa yang percaya, sehingga nama mereka akan ditulis Allah dalam KitabNya, karena Allah memperhitungkan mereka yang percaya seperti Abraham, dan ini berlaku bagi semua bangsa.
Bagi kita yang hidup setelah Tuhan Yesus berinkarnasi, maka PERCAYA kepada Kristus adalah satu-satunya cara untuk nama kita ditulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba.
Sampai pada pembahasan berikutnya:
- Apakah Percaya dan Tidak Percaya (kepada Yesus Kristus) merupakan Predestinasi Allah atau kehendak bebas manusia?
- Ajaran Paling Berbahaya adalah Ajaran Yang Melawan Injil Untuk Semua Orang.