
BERBAHAGIALAH YANG SUCI HATINYA
Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah.
Kesucian hati seseorang sering kali dimaknai dalam pengertian lahiriah, dan selalu dikaitkan dengan ritual2 atau kewajiban2 keagamaan.
Jika seseorang sangat intens dan ketat melakukan ritual dan kewajiban keagamaannya maka "sepertinya" sudah memiliki kesucian hati.
Apalagi dalam agama2 tertentu ada status2 sosial keagamaan yang menunjukan kalau orang tersebut "lebih suci" atau "lebih dekat dengan Allah" dari orang lain. Misalnya pemimpin umat atau rohaniawan/ulama.
Benarkah demikian?
Kesucian hidup seseorang selalu berbasis relasi.
Kesucian yang berbasis relasi dengan Allah maka akan selalu dimaknai dengan ritual2 dan kewajiban2nya kepada Allah. Orang tsb akan melakukan "apapun" untuk Allahnya agar memiliki kesucian tertentu. Tidak sedikit orang2 tertentu berani melakukan "apapun" untuk Allahnya dengan mengabaikan relasinya dengan sesama.
Banyak tindakan2 orang2 tertentu melakukan sesuatu untuk Allahnya tetapi justru mengabaikan relasinya sendiri dengan orang lain.
Tindakan apapun akan dilakukannya demi dan untuk Allahnya akan tetapi merugikan, menciderai, menganiaya bahkan membunuh sesamanya.
Inilah model kesucian yg berbasis relasi dengan Allah tetapi kesucian tersebut tidak dimaknai (bahkan dilepaskan) dari relasi dirinya dengan sesamanya.
Kesucian hidup yg berbasis relasi diri sendiri dengan sesama kita. Maknanya sangat sederhana, dan tidak boleh "dibungkus" atau "dimake up" dengan stigma keagamaan.
Kesucian hidup semacam ini merupakan nilai universal, dan memiliki nilai dalam semua agama.
Kesucian hidup berbasis sesama antara lain: kejujuran, memberikan apa yang menjadi hak orang lain, berbagi hidup, menolong orang yang memerlukan pertolongan, tidak mengambil apa yang bukan menjadi hak nya, menerima perbedaan keyakinan orang lain, dan seterusnya.
Silahkan menjalani hidup yang suci berbasis relasi dengan Allah apapun keyakinan kita, tetapi sekaligus juga hidup sucilah berbasis relasi dengan sesama kita.
Menekankan salah satu dengan menafikan (menghilangkan) yang lain maka itu bukan lah kesucian hidup tetapi radikalisme atau sekedar humanisme tanpa Allah.
Orang yang suci hatinya akan melihat Allah bukan sekedar dalam arti mistis religius, tetapi bermakna bahwa kita akan melihat Pencipta kita (nilai gambar Allah) dalam diri kita sendiri dan sesama kita.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.